A. KONSEP DASAR MEDIK
1.
Definisi
Demam haemoragic fever adalah
penyakit yang disebabkan virus dengue yang tergolong arbovirus akut yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides
aegypti (betina). (Christantie Effendi, SKp: Perawatan Pasien DHF, 1995,
hal 1)
2.
Anatomi Fisiologis
Darah
terdiri dari elemen-elemen berbentuk dari plasma dalam jumlah setara.
Elemen-elemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit) plasma terdiri dari 900 air dan 100 berupa elektrolit gas
terlarut berbagai produk sisa metabolisme dan zat gizi misalnya gula, asam
amino lemak, kolestrol, protein dalam darah misalnya albumin dan imunolobulin
ikut menyusun plasma.
3.
Etiologi
Virus dengue yang tergolong
arbovirus ini berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitive terhadap
inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 70 derajat
Celsius. Vector utama adalah nyamuk aedes agypti disamping ditemuka pula pada
aedea albopictus. Vector ini bersarang di bejana-bejana yang berisi air jernih
dan tewar seperti bak mandi, drum penampung, kaleng bekas dan lain-lain.jarak terbang
nyamuk aedes aegypti 40-100 meter.
Kasus DHF cenderung meningkat pada
musim hujan karena :
1)
Perubahan musim mempengaruhi
gigitan nyamuk, puncak gigitan pada siang dan sore hari.
2)
Perubahan musim mempengaruhi
manusia, misalnya pada musim hujan lebih sering berdiam diri di rumah.
4.
Patofisiologis
Fenomena patologis yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan
plasma ke ruang ekstra seluler, berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemakonsentrasi,hipoproteinemia,, efusi dan syok.
Hemakonsentrasi menunjukkan adanya
kebocoran plasma, dan penting untuk patokan pemberian cairan intra vena.
Virus dengue masuk ke dalam tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk, kemudian tubuh bereaksi melawan virus dengan
membentuk antibody, kompleks virus dengan antibody menimbulkan penurunan
aktivitas system komplemen (isi darah)dalam serum yang menyebabkan lepasnya
peptida yang berat molekulnya rendah yaitu anafilatoxin, anafilatoxin ini
berdaya melepaskan histamin dan merupakan mediator sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran pembuluh
plasma, akibatnya cairan yang mengandung sebagian protein dapat keluar dari
intra vascular ke ruang ekstra vascular. Hal inilah yang dapat menyebabkan
syok.
5.
Tanda dan Gejala
q
Demam tinggi mendadak 2-7 hari
q
Rewel
q
Gelisah
q
Mual dan muntah
q
Hepatomegali
q
Trombositopenia (trombosit
kurang dari 10.000)
q
Hemakonsentrasi (peningkatan
hematokrit lebih dari 20%)
q
Splenomegali (pembesaran
Lympha)
q
Tanda-tanda perdarahan, yaitu:
-
Uji tourniquet (rumpled +),
-
Pethekie, purpura, ecchimosis,
perdarahan conjunktiva,
-
Epitaksis, perdarahan gusi
-
Hematemesis, melena, hematuri
6.
Tes Diagnostik
1)
Foto thorax : Kemungkinan
pleura effusion.
2)
Dengue blood test (DBT)
menunjukkan Igm dan Ige positif.
3)
Pemeriksaan darah lengkap,
terutama trombosit (mengalami penurunan)
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
1.
Identitas Pasien
-
nama pasien, orang tua, umur,
berat badan tinggi badan, agama.
2.
Informasi Medik
3.
Keadaan Umum
a.
Keadaan umum pasien, tampak
sakit ringan, sedang, berat
-
Data dari hasil pengamatan/inspeksi:
§ Pasien ampak lemah
§ Rewel/gelisah
§ Adanya pethice, purpura
§ Adanya epitaksis
b.
Tingkat kesadaran, compos
mentis, coma.
c.
Tanda-tanda vital (suhu yang
meningkat, nadi, tekanan darah)
d.
Abdomen (adanya kembung, rasa
nyeri epigastrium)
4.
Tumbang
-
Dikaji secara umum menurut umur
si anak
5.
Nutrisi
-
Sebelum sakit:
§ Bagaimana pola makan pasien , berapa banyak, frekuensi
§ Apakah pasien masih disusui oleh ibu.
-
Selama sakit:
§ Apakah ada keluhan mual dan muntah
§ Berapa banyak jumlah nutrisi yang masuk, frekuensi makan
6.
Eliminasi
-
Sebelum sakit:
§ Apakah BAB setiap hari lancar?
-
Selama sakit:
§ Apakah ada konstipasi, melena, menccret
§ Sudah berapa lama pasien tidak BAB
7.
Tidur dan istireahat
-
Sebelum sakit:
§ Bagaimana kebiasaan tidur pasien
§ Berapa jumlah jam tidur dan istirahat pasien
-
Selama sakit:
§ Adakah defisit jam tidur pasien
II.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan secara teori
yang muncul pada gangguan sistem sirkulasi metabolik : DHF adalah :
1.
Hypertermi yang berhubungan
dengan proses infeksi virus dengue..
2.
Resiko tinggi terjadinya syok
hipovolemik yang berhubungan denga perdarahan hebat.
3.
Nyeri yang berhubungan dengan
mekanisme patologis.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tak adekuat.
5.
Risiko tinggi kekurangan volume
cairan yang berhubungan dengan berpindahnya cairan dari intravaskular ke
ekstravaskular.
III.
Rencana Keperawatan
DP I Hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Sasaran :
–
Tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh
–
TTV dalam batas normal, suhu
36-37
–
Tampak tidak gelisah
–
Badan teraba tidak panas
Intervensi :
1.
Observasi suhu setiap 4 jam
R / : suhu 38,9oC – 41oC
menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2.
Berikan kompres hangat
R / : Dapat membantu mengurangi panas
3.
Berikan pasien minum yang
banyak, 2-2,5 L/hari.
R / : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
4.
Anjurkan pasien untuk bedrest
total dan kurangi aktivitas.
R / : istirahat untuk mengurangi metabolisme tubuh
sehingga mencegah peningkatan suhu tubuh.
5.
Kolaborasi dengan dokter
tentang pemberian antipiretik dan antibiotik
R / : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
DP II Resiko tinggi
terjadinya syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan hebat.
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi.
Sasaran :
–
Tanda-tanda vital dalam batas
nomal.
–
Keadaan umum baik, keasadaran compos
mentis.
Intervensi :
1.
Monitor keadaan umum dan
tanda-tanda vital pasien setiap 2-4 jam.
R / : penurunan tekanan darah
dan nadi dapat menunjukkan hipovolumia, peningkatan pernapasan menunjukkan hipoxia
jairngan.
2.
Monitor tanda-tanda perdarahan
(pethekie, ekimosis, melena, epitaksis, hematemesis, hematuri.
R / : perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi sehingga
pasien tidak sampai ke tahap syok.
3.
Cek dan monitor Hb, dan Ht,
trombosit tiap hari.
R / : untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah.
DP III. Nyeri yang berhubungan dengan mekanisme patologis.
Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan teratasi setelah dilakukan
tindakan.
Sasaran :
-
Keluhan nyeri berkurang.
-
Pasien tampak rileks, tidak
rewel
-
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1.
Kaji keluhan nyeri meliputi,
intensitas (skala 0-10) frekuensi dan lokasi nyeri.
R / : berat ringannya nyeri dapat diidentifikasi sehinga memudahkan
untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.
Observasi tanda-tanda vital
tiap 2-4 jam.
R / : perubahan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
3.
Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan yang tenang.
R / : posisi yang nyaman dan ruangan yang tenang dapat mengurangi
nyeri pasien.
4.
Ajarkan dan anjurkan keluarga
dan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi tarik nafas dalam.
R / : nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga dapat
mengurangi nyeri.
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi analgetik.
R / : analgetik dapat menurunkan ambang nyeri.
DP IV. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan.
Sasaran :
-
Pasien dapat menghabiskan sesuai dengan porsi yang diberikan.
-
Keluhan mual dan muntah serta
anoreksia berkurang
-
Pasien dapat mempertahankan
berat badan ideal atau meningkatkan berat badan.
-
Pasien tampak segar.
Intervensi :
1.
Kaji adanya keluhan mual,
muntah, dan anoreksia.
2.
R / : membantu menentukan
tindakan selanjutnya yang tepat.
3.
timbang berat badan 5x/minggu
bila memungkinkan dan catat porsi makanan yang dihabiskan. R / : untuk
mengetahui status gizi pasien.
4.
Jelaskan kepada pasien dan orang tua mengenai manfaat makanan
terutama pada saat sakit.
R / : meningkatkan pengetahuan pasien sehingga meningkatkan motivasi
pasien untuk makan.
5.
Berikan makanan yang mudah
ditelan, seperti bubur, tim, dan hidangkan dalam keadaan hangat.
R / : mengurangi beban kerja lambung dan meningkatkan asupan.
6.
Libatkan orang tua dalam
pemberian makanan pada porsi kecil tapi sering.
R / : makanan porsi kecil dan sering menguragi mual, dan muntah.
7.
Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral dan pemberian terapi anti
emetik dan antasida.
R / : terapi parenteral sangat baik jika nutrisi peroral sangat
kurang, antiemetik untuk mengatasi mual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar